Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...

Tanda-tanda I'rob Nashob (عَلَامَاتُ النَّصْبِ) dalam Ilmu Nahwu

Setelah postingan yang lalu saya menjelaskan tanda-tanda i'rob rofa' (bisa dibaca selengkapnya tentang i’rob rofa' di sini), di postingan kali ini saya akan menjelaskan dengan rinci tentang apa saja tanda-tanda i’rob nashob dalam ilmu nahwu.

Suatu kata dapat diketahui dibaca nashob jika ia memiliki salah satu dari 5 tanda i’rob nashob, tanda-tanda tersebut yaitu : harakat fathah, huruf alif, harakat kasrah, huruf yaa, dan dihilangkannya huruf nun. Kelima tanda ini jika memasuki salah satu kata (baik itu isim atau fi’il) maka kata tersebut dalam keadaan i’rob nashob. Nah, dari kelima tanda tersebut fathah merupakan tanda yang biasa mewakili i’rob nashob (atau tanda utama i’rob nashob adalah fathah) dan keempat tanda lainnya adalah sebagai pengganti dari fathah.




Bagan di atas menjelaskan pembagian tanda-tanda i'rob nashob dan tempat-tempatnya. perinciannya adalah sebagai berikut:

A. FATHAH 'َ   '
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas bahwa fathah merupakan tanda yang biasa mewakili i’rob nashob atau tanda utama i’rob nashob, jadi jika ada suatu kata baik itu isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja) yang mempunyai harakat fathah maka ia bisa dipastikan dibaca nashob, kecuali ketika pada isim ghoiru munshorif yang ketika dibaca jer tandanya juga menggunakan fathah (akan dijelaskan pada postingan selanjutnya insya Allah).

Adapaun tanda fathah, maka ia menjadi tanda bagi nashob pada tiga tempat:

  1. Isim Mufrad

Isim atau kata benda yang menunjukan arti satu, contoh : كِتَابٌ artinya ‘buku’ atau ‘suatu buku’.  nah, tempat pertama untuk fathah adalah pada isim mufrad (menunjukan arti satu), perhatikan contoh berikut:

Muhammad menulis surat  كَتَبَ مُحَمَّدٌ الرِّسَالَةَ

Perhatikanlah huruf ta' marbutoh 'ـةَ' pada kata yang saya tandai biru 'الرِّسَالَةَ', kata tersebut berharokat fathah dan ia termasuk isim mufrad (menunjukan arti satu) selain itu dia juga menempati posisi sebagai maf'ul bih (objek), dan semua maf'ul bih (objek) dalam bahasa Arab harus dibaca nashob sedangkan tanda nashob untuk isim mufrad adalah 'fathah'.

      2. Jamak Taksir

Tempat kedua bagi fathah yang menjadi tanda i’rob nashob adalah jamak taksir, jamak taksir sendiri adalah isim (kata benda) yang menunjukan arti lebih dari 2 atau banyak dan termasuk bentuk jamak yang tidak beraturan, contoh : كُتُبٌ (kitab-kitab). Adapun contoh jamak taksir yang dibaca nashob dalam kalimat adalah sebagai berikut:

‫   قَرَأْتُ الكُتُبَ فِي المَكْتَبَةِ  Saya membaca buku-buku di perpustakaan

Perhatikanlah huruf baa 'بَ' pada kata yang saya tandai biru الكُتُبَ, kata tersebut berharokat fathah dan ia termasuk jamak taksir (jamak yang terpecah dari bentuk aslinya) selain itu dia juga menempati posisi sebagai maf'ul bih (objek), dan semua maf'ul bih (objek) dalam bahasa Arab harus dibaca nashob sedangkan tanda nashob untuk jamak taksir adalah 'fathah'. Dan seperti yang telah disebutkan bahwa jamak taksir merupakan tempat kedua bagi fathah. ‬ ‫‪

    3. Fi'il Mudhore (ketika sebelumnya terdapat amil yang menashobkan dan tidak terhubung dengan apapun)

Tempat selanjutnya bagi fathah yang menjadi tanda i’rob nashob adalah fi’il mudhore yang diawali dengan amil nashob dan yang di akhir katanya tidak terhubung dengan apapun. contoh: ‘لَنْ يَكْتُبَ

Nah, yang dimaksud dengan ‘fi’il yang di akhir katanya tidak terhubung dengan apapun’ adalah ketika fi’il (kata kerja) tersebut :

  1. Tidak terhubung dengan alif tasniyah (alif yang menunjukan arti dua) ‘ان’, contoh : ‘يَكْتُبَانِ‘ ‘dia berdua sedang menulis

  2. Tidak terhubung dengan wawu jamak (wawu yang menunjukan arti jamak mudzakar salim) ‘ون’, contoh: ‘يَكْتُبُوْن‘ ‘mereka laki-laki sedang menulis

  3. Tidak terhubung dengan ya muannats mukhotobah (huruf yaa yang menunjukan arti ‘kamu perempuan sedang melakukan‘), contoh: ‘تَكْتُبِيْنَ‘ ‘kamu perempuan sedang menulis’

  4. Tidak terhubung dengan huruf nun taukid (huruf nun yang dapat menguatkan suatu kata kerja), contoh: ‘يَكْتُبَنَّ‘ ‘dia laki-laki benar-benar sedang menulis‘.

  5. Tidak pula terhubung dengan huruf nun niswah (nun yang menunjukan arti ‘mereka perempuan sedang melakukan‘), contoh: ‘يَكْتُبْنَ‘ ‘mereka perempuan sedang menulis

Berikut ini contoh fi’il mudhore yang di akhir katanya tidak terhubung dengan apapun dan fi’il tersebut dibaca nashob:
Muhammad sedang menulis surat      لَنْ يَكْتُبَ مُحَمَّدٌ الرِسَالَةَ  

Perhatikanlah huruf 'بَ' pada kata yang saya tandai biru يَكْتُبَ, kata tersebut berharokat fathah karena ia didahului dengan amil nashob yaitu 'لَنْ' dan ia termasuk fi’il yang di akhir katanya tidak terhubung dengan alif tasniyah, wawu jamak, yaa muannats mukhotobah, nun taukid, dan nun niswah.



B. ALIF 'ا'

Tanda nashob yang kedua adalah alif, tanda ini hanya terdapat pada asmaul khomsah, berikut ini penjelasannya:

  • Asmaul Khomsah

Tempat kedua bagi ALIF untuk menjadi i’rob nashob yaitu asmaul khomsah (أسْمَاءُ الخَمْسَةِ), dan isim-isim lima tersebut adalah:

  • أَباكَ      – abbaka      = Bapakmu

  •  أَخَاكَ    – akhoka      = Saudara laki-lakimu

  •  حَمَاكَ   – hamaaka     = Pamanmu

  • فَاكَ       – faaka            = mulutmu

  • ذَا مَالٍ    – dzaa maalin   = yang mempunyai harta

nah jika dilihat secara seksama, sebenernya kelima kata di atas adalah gabungan (susunan idhofah) dari dua kata yang kemudian ditengahi dengan huruf alif. Kita ambil satu contoh di atas:

أَبَاكَ  =  أَبٌّ+ا+كَ

salah satu yang membuat khusus dari isim asmaul khomsah adalah ia harus ditambah dengan huruf alif (jika dia dalam keadaan nshob). jadi jika ditanya kata ‘ أَبَاكَ ‘ itu i’robnya apa? maka jawabannya adalaah i’rob nashob. tanda nashobnya adalah alif (sebagai pengganti fathah) karena ia termasuk asmaul khomsah.

Contoh asmaul khomsah yang dibaca nashob dalam sebuah kalimat:

Saya melihat ayahmu sedang shalat      رَأَيْتُ أَبَاكَ يُصَلِّي  

Kata 'أَبَاكَ' merupakan asmaul khomsah, dalam kalimat tersebut ia menjadi maf'ul bih, dan semua maf'ul bih (objek) dalam bahasa Arab harus dibaca nashob sedangkan tanda nashob untuk asmaul khomsah adalah alif.

Baca lebih lengkap tentang asmaul khomsah di sini.



C. KASROH

Tanda nashob selanjutnya adalah kasroh, tanda ini hanya terdapat pada jamak muannats salim, berikut ini penjelasannya:

  • Jamak Muannats Salim
Jamak ini adalah bentuk jamak teratur (السَّالِمِ) yang dikhususkan untuk perempuan (المُؤَنَّثِ). Contoh : ‘orang-orang (pr) yang berimanمُؤْمِنَاتٌ . jika dibaca nashob jamak ini harus menggunakan kasroh, berbeda dengan kata benda yang lainnya, jamak muannats salim malah menggunakan kasroh untuk dibaca nashob, jadi harus digaris bawahi dan diingat benar-benar yaa..
Adapun contoh jamak muannats salim yang dibaca nashob dalam sebuah kalimat yaitu:

رَأَيْتُ المُؤمِنَاتِ يُصَلِّي صَلَاةَ العَصْرِ  
Saya melihat orang-orang (pr) yang beriman sedang shalat ashar

Perhatikanlah kata yang saya tandai biru المُؤمِنَاتِ, kata tersebut berharokat kasroh dan ia termasuk jamak muannats salim, selain itu dia juga menempati posisi sebagai maf'ul bih (objek), semua maf'ul bih (objek) dalam bahasa Arab harus dibaca nashob dan perlu diingat kembali bahwa tanda nashob untuk jamak muannats salim adalah kasroh.



D. HURUF YAA 'ي'


Tanda i'rob nashob selanjutnya adalah yaa 'ي', tanda ini hanya terdapat pada dua tempat, yaitu isim tasniyah (mutsanna/kata benda yang menunjukan arti dua) dan jamak mudzakkar salim. Beriku penjelasannya:

   1. Isim Tasniyah/Mutsanna
Yang dimaksud dengan isim tasniyah adalah isim yg menunjukan arti dua, isim ini harus ditambah alif dan nun (ِا+ن) di akhir katanya untuk keadaan i’rob rofa’, contoh: ‘كِتَابَانِ’, dan ditambah yaa dan  nun (يْ+نِ) di akhir katanya untuk keadaan i’rob nashob dan jer, contoh : ‘كِتَابَيْنِ’.

Nah, seperti yang tadi saya sebutkan, bahwa untuk menjadi i’rob nashob maka isim tasniyah harus ditambah yaa dan nun (يْ+ن) karena memang tanda nashob untuk isim tasniyah adalah huruf yaa. Dan perlu diingat bahwa huruf sebelum yaa 'يْ' pada isim tasniyah harus berharokat fathah, karena jika huruf sebelum yaa 'يْ' dibaca kasroh maka akan menjadi jamak mudzakkar salim. Perhatikan kedua contoh berikut:

مُسْلِمَيْنِ 'difathah huruf mim kedua dan dikasroh huruf nun nya' (dua orang islam)
مُسْلِمِيْنَ  'dikasroh huruf mim kedua dan difathah huruf nun nya' (para orang islam 'banyak')
Kedua contoh di atas terlihat sama, jika tidak mempunyai harokat, tapi jika diberi harokat seperti yang tertulis di atas, maka artinya juga akan berbeda.

Contoh isim tasniyah yang dibaca nashob dalam sebuah kalimat:

هَلْ رَأَيْتَ مُسْلِمَيْنِ يَقُوْمَانِ هُنَا آنِفًا؟  Apakah engkau melihat dua orang islam yang tadi berdiri di sini?

nah kata ‘muslimaini‘ yang bergaris bawah adalah dalam keadaan i’rob nashob karena ia menjadi maf'ul bih (objek).


      2. Jamak Mudzakkar Salim
Jamak ini adalah bentuk jamak teratur (السَّالِمِ) yang dikhususkan untuk laki-laki (المُذَكَّرْ). Contoh : ‘orang-orang (lk) yang berimanمُؤْمِنِيْنَ . seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kita harus hati-hati membaca huruf sebelum yaa 'يْ', untuk jamak mudzakkar salim maka kita harus membaca huruf sebelum yaa 'يْ' dengan kasroh dan membaca nun di akhir kata dengan fathah, maka dibacanya menjadi 'Muslimiina'.
Contoh jamak mudzakkar salim yang dibaca nashob dalam sebuah kalimat:

هَلْ رَأَيْتَ مُسْلِمِيْنَ يَقُوْمُوْنَ هُنَا آنِفًا؟  Apakah engkau melihat orang-orang islam yang tadi berdiri di sini?

nah kata ‘muslimiina‘ yang bergaris bawah adalah dalam keadaan i’rob nashob karena ia menjadi maf'ul bih (objek), tanda nashobnya yaitu huruf yaa.

Baca tentang isim tasniyah dan jamak mudzakkar salim lebih lengkap di sini.


E. Hadzfu Nun (Dihilangkannya Huruf Nun)

Jika dalam i'rob rofa' ada tanda tsubuutu nuun (tetapnya nun), maka dalam i'rob nashob malah salah satu tandanya adalah hadzfu nun (menghilangkan nun). tempat terjadinya juga masih sama, yaitu pada af'alul khomsah, berikut penjelasannya:

  • Af’alul Khomsah
Tanda i’rob nashob yang terakhir adalah hadzfu nun (menghilangkan nun), dan tempatnya hanya terdapat pada af’alul khomsah. Nah, seperti yang sudah saya jelaskan pada postingan sebelumnya tentang af’alul khomsah, bahwa af’alul khomsah adalah ‘kata kerja yang lima’ yaitu semua kata kerja yang berwazan :
تَفْعَلَانِ = Kamu berdua (laki-laki) sedang mengerjakan
يَفْعَلَانِ = Dia berdua (laki-laki) sedang mengerjakan
تَفْعَلُوْنَ = Kalian (laki-laki) sedang mengerjakan
يَفْعَلُوْنَ = Mereka (laki-laki) sedang mengerjakan
تَفْعَلِيْنَ = Kamu (wanita) sedang mengerjakan

Perhatikan nun di akhir setiap kata, nun tersebut adalah sebagai tanda rofa’ bagi af’alul khomsah, tapi jika kelima kata tersebut diawali dengan amil yang menashobkan, maka huruf nun nya harus dihilangkan, contoh:
 لَنْ تَفْعَلَا= Kamu berdua (laki-laki) tidak akan mengerjakan
لَنْ يَفْعَلَا
= Dia berdua (laki-laki) tidak akan mengerjakanلَنْ تَفْعَلُوْا = Kalian (laki-laki) tidak akan mengerjakan
لَنْ يَفْعَلُوْا= Mereka (laki-laki) tidak akan mengerjakan
لَنْ تَفْعَلِيْ= Kamu (wanita) tidak akan mengerjakan

contoh af’alul khomsah yang dibaca nashob dalam sebuah kalimat :

أَنْتُمَا لَنْ تَذْهَبَا إلى المَدْرَسَةِ يَوْمَ الأَحَدِ 
Kamu berdua tidak akan berangkat ke sekolah pada hari minggu


kata yang ditandai biru adalah termasuk af’alul khomsah, dan hilangkan huruf nunnya, kenapa ia dibaca nashob? karena ia kemasukan huruf yang menashobkan yaitu 'لَنْ', dan tanda nashob bagi af’alul khomsah adalah dihilangkannya huruf nun.
Baca lebih lengkap tentang af’alul khomsah di sini.

Itulah penjelasan tentang tanda-tanda i’rob nashob, semoga bermanfaat dan selamat belajar. 😀

Referensi:

  • Kitab ‘Mukhtassor jiddan

Save

Save