Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...

Pengertian Jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah


Jumlah dalam bahasa Arab adalah kalimat, menurut susunannya kalimat dalam bahasa Arab terdiri dari dua, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah.


Jumlah dalam bahasa Arab adalah kalimat, menurut susunannya kalimat dalam bahasa Arab terdiri dari dua, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah.


  1. Jumlah Ismiyah
Sesuai namanya, jumlah ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda), kalimat ini terdiri dari susunan mubtada' dan khabar.

Mubtada' merupakan subyek dalam bahasa Arab, karena menjadi subyek maka mubtada' mempunyai beberapa sifat yaitu: pertama, harus berupa ma'rifat (kata khusus/tertentu/spesifik, bukan umum. contoh: nama orang, kemasukan huruf alif+lam). kedua, tanda i'robnya adalah rofa'.

Sedangkan khobar merupakan predikat, yaitu bertugas menjelaskan atau menerangkan keadaan mubtada' (subyek), khobar bisa berupa kata atau anak kalimat. sifat khobar yaitu : satu, harus nakiroh (kata umum). kedua, khobar juga mempunyai  tanda i'rob rofa'.

Mubdata' dan khobar harus mempunyai sifat yang sama, ketika mubdata' nya mudzakar maka khobar juga harus mudzakar, antara mubtada' dan khobar juga harus sama-sama mufrad, tasniyah, atau jamak.

Contoh jumlah ismiyah:



Arti


Jumlah Ismiyah



Zaid berdiri



زَيْدٌ قَائِمٌ



Segala puji hanya milik Allah pencipta alam semesta



الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ



Dua orang muslim berdiri



المُسْلِمَانِ قَائِمَانِ


 Penjelasan:


  • Contoh pertama, kata 'zaidun' sebagai mubdata' dan kata 'qooimun' sebagai khobar sama-sama isim mufrad (kata benda tunggal) dan mudzakar (kata benda berjenis kelamin laki-laki).
  • Contoh kedua, kata 'al-hamdu' sebagai mubtada' (subyek), sedangkan khobarnya (predikatnya) adalah berupa susunan anak kalimat yaitu 'lillahi robbil 'aalamiina'. yang jelas adalah, jumlah (kalimat) ini termasuk  jumlah ismiyah karena diawali dengan isim (kata benda) yaitu 'al-hamdu' (bagaimana bisa tahu 'al-hamdu' adalah isim? karena ia kemasukan alif lam) lebih lengkapnya bisa baca artikel ini: Pengertian isim (kata benda) dan ciri-cirinya.
  • Contoh ketiga, kata 'muslimaani' sebagai mubtada' (subyek) dan kata 'qooimaani' sebagai khobar sama-sama isim tasniyah (kata benda yang menunjukan arti dua).
  • Nah, dari ketiga contoh di atas, semuanya adalah jumlah ismiyah karena diawali dengan kata benda (isim).



        2. Jumlah Fi'liyah

Jumlah fi'liyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi'il (kata kerja), sama dengan namanya. kalimat ini biasanya tersusun dari fi'il (kata kerja) dan fa'il (subjek).

Fi'il (kata kerja) disini biasanya berupa fi'il madhi (kata kerja lampau), tapi bisa juga jika menggunakan fi'il mudhore (yang sedang dilakukan).

Fa'il (subjek) dalam jumlah fi'liyah bisa nampak (dhohir/biasanya ditandai dengan nama orang atau suatu benda), bisa juga secara tidak nampak (dhomir/biasanya jumlah fi'liyah dengan fa'il (subjek) yang tidak nampak ini berada di tengah-tengah paragraf karena dhomirnya sudah disebutkan di awal paragraf)

Lebih lengkapnya bisa baca artikel ini: Pengertian Fi’il (kata kerja) dan ciri-cirinya.

Contoh jumlah fi'liyah:



Arti


Jumlah Fi’liyah



Zaid telah berdiri



قَامَ زَيْدٌ



Allah menciptakan manusia



يَخْلُقُ اللَّهُ النَّاسَ



Zaid dipukul, pelajaran ditulis



ضُرِبَ زَيْدٌ , يُكْتَبُ الدَّرْسُ


Keterangan:

  • Contoh pertama: kata 'qooma' sebagai fi'il (kata kerja), jika dilihat dari segi waktunya, maka fi'il nya adalah fi'il madhi (sudah dilakukan) dan jika dilihat dari segi jenisnya fi'il ini merupakan fi'il lazim (kata kerja yang tidak membutuhkan objek). sedangkan kata 'zaidun' menjadi fa'ilnya (subjek/pelakunya), keduanya sudah termasuk kalimat karena tersusun dari fi'il (kata kerja) dan fa'il (subjek) walaupun hanya dua kata.
  • Contoh kedua: kata 'yahluqu' sebagai fi'il, yaitu fi'il mudhore (kata kerja yang sedang dilakukan), jika dilihat dari jenisnya fi'il ini adalah fi'il muta'adi (kata kerja yang membutuhkan objek), kata 'Allahu' sebagai fa'il (subjek) dan kata 'an-naasa' menjadi maf'ul bih (objeknya). nah, jika tidak ada objeknya maka kalimat ini tidak sempurna karena fi'il 'yahluqu' yang artinya 'menciptakan' itu membutuhkan objek.
  • Contoh ketiga: kata 'dhuriba' dari kalimat 'dhuriba zaidun' menjadi fi'il, yaitu  jenis  fi'il majhul (kata kerja yang tidak disebutkan pelakunya atau kata kerja pasif), maka dari itu kata 'zaidun' dinamakan 'naibul fa'il' (pengganti subjek) jadi jika diterjemah menjadi 'zaid dipukul'.
  • Dari contoh-contoh di atas merupakan jumlah fi'liyah karena diawali dengan fi'il (kata kerja).

Itulah tadi penjelasan tentang jumlah ismiyah (kalimat yang diawali dengan kata benda) dan jumlah fi'liyah (kalimat yang diawali dengan kata kerja). selamat belajaaar, semoga bermanfaat. Amin :D



Referensi:
  • http://azzukhrufi.blogspot.co.id/2015/10/makalah.html