Contact Us - Privacy Policy - Disclaimer - Terms of Service - About
loading...
Showing posts with label Nahwu. Show all posts
Showing posts with label Nahwu. Show all posts

Singkatan Huruf Pegon untuk Memaknai Kitab Kuning Ala Pondok Pesantren.

Mengkaji kitab kuning di pondok pesantren adalah sebuah kewajiban bagi para santri bahkan termasuk kegiatan wajib mereka, dalam prakteknya, mengkaji kitab kuning hampir semua ponpes di Indonesia menggunakan bahasa jawa dan dengan istilah-istilah khusus yang sudah lahir sejak dulu.     Istilah-istilah tersebut juga jika kita pahami betul, ternyata adalah cara para kiai terdahulu untuk memudahkan santri dalam mempelajari ilmu tata bahasa Arab, yaitu nahwu. contoh saja dalam penulisan mubtada disebutkan dengan utawi, khobar disebut dengan iku, dan sebagainya, selain para kiai memberikan arti setiap kata juga menyebutkan kedudukan nahwu setiap kata.  Baiklah berikut ini adalah singkatan-singkatan huruf pegon yang dapat digunakan para santri dalam memaknai kitab kuning :  Huruf م : utawi / berawal  (kedudukannya mubtada’) Huruf خ : dibaca "iku" dalam bahasa indonesia 'Yaitu'  (dalam Nahwu berkedudukan sebagai khobar) Huruf ج : dibaca 'mongko' atau juga 'maka' (yaitu menjadi kalimat jawab) Huruf حا : dibaca khale atau 'dalam keadaan' (dalam nahwu dinamakan hal) Huruf ع : dibaca 'kerono' atau sebab  (dalam nahwu disebut lam ta’lil) Huruf غ : dibaca senajan atau walaupun (dalam nahwu disebut ghoyah) Huruf فا : dibaca sopo atau siapa 'menunjukan arti subjek, fail ataupun seseorang' (dalam nahwu disebut juga fail yang berakal) Huruf ف : dibaca 'opo' atau apa, berbeda dengan faa di atas, faa yang ini ditulis tanpa alif, huruf ini mengandung arti subjek yang tidak berakal yakni selain manusia, contoh benda, dan lain sebagainya.' Huruf مف : dibaca "ing" mempunyai arti objek atau maf'ul bih dalam ilmu nahwu Huruf نفا : dibaca 'sopo atau opo' dalam bahasa indonesia 'siapa atau apa' tergantung yang kata tersebut manusia atau selain manusia, mengandung arti subjek pengganti dalam kalimat pasif, dalam nahwu disebut juga naibul fail Huruf مع : dibaca 'Sertane' dalam bahasa indonesia  'beserta' (dalam ilmu nahwu biasanya disebut juga dengan Maf'ul Ma'ah) Huruf ن : dibaca 'kang' dalam bahasa indonesia 'yang' (huruf nun juga singkatan dari na'at) Huruf ص : sama dengan nun, dibacanya 'Kang' atau 'yang' hanya saja dalam nahwu disebut juga dengan Shilah, atau kalimat yang berbentuk sifat yang terletak setelah isim maushul Huruf مط : dibaca 'kelawan' atau dengan, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan maful mutlak Huruf تم : dibaca 'apane' atau 'apanya' dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  tamyiz Huruf ظم : dibaca 'ingdalem' atau pada, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  zhorof Huruf نفـ: dibaca 'ora' atau tidak, huruf tersebut singkatan dari nafiyah Huruf س : dibaca 'jalaran' atau sebab, dalam ilmu nahwu biasanya dinamakan sababiah Huruf با : dibaca 'bayane' atau bisa juga menunjukkan kondisi sesuatu dalam ilmu nahwu biasanya disebut bayan Huruf بد : dibaca 'Rupane' atau dalam bahasa indonesia 'ternyata adalah', dalam ilmu nahwu sebagai badal  Penempatan Setiap Singkatan Pegon: Huruf م : utawi / berawal  (kedudukannya mubtada’)  huruf mim berada di awal kata yang berkedudukan mubtada'.   Cara baca : al-hamdu utawi segalane puji, iku lillahi tetep kagungane Allah. Huruf خ : dibaca "iku" dalam bahasa indonesia 'Yaitu'  (dalam Nahwu berkedudukan sebagai khobar)          huruf kho berada pada kanan atas kata yang berkedudukan khobar. Cara baca : al-hamdu utawi segalane puji, iku lillahi tetep kagungane Allah.  Baca Juga : Pengertian tentang mubtada dan khobar.  Huruf ج : dibaca 'mongko' atau juga 'maka' (yaitu menjadi kalimat jawab)    huruf jim (ج) ditulis di samping kalimat jawab dari in (jika). Cara Baca : in jaa.a nalikane teko sopo umaru umar, jaa.a mongko teko sopo ahmadu ahmad.    Huruf حا : dibaca khale atau 'dalam keadaan' (dalam nahwu dinamakan hal)          huruf khaale (حا) ditulis di atas kanan kata yang berkedudukan sebagai haal,  Cara baca : jaa a teko sopo muhammadun muhammad rookiban khaale berkendara  Huruf ع : dibaca 'kerono' atau sebab  (dalam nahwu disebut lam ta’lil)          huruf ain ditulis disamping bawah huruf lam ta'lil.  Huruf غ : dibaca senajan atau walaupun (dalam nahwu disebut ghoyah)           huruf ghoin (غ) ditulis di atas kanan huruf yang menunjukkan arti ghoyah atau walaupun atau kata (لَوْ)  Huruf فا : dibaca sopo atau siapa 'menunjukan arti subjek, fail ataupun seseorang' (dalam nahwu disebut juga fail yang berakal)   huruf faa (فا) ditulis di atas kanan kata yang berkedudukan sebagai fa'il yang berakal (manusia)   Huruf ف : dibaca 'opo' atau apa, berbeda dengan faa di atas, faa yang ini ditulis tanpa alif, huruf ini mengandung arti subjek yang tidak berakal yakni selain manusia, contoh benda, dan lain sebagainya.'  huruf fa ditulis di atas kanan fail yang tidak berakal (seperti kata di atas thooiroh yang artinya adalah pesawat), dibaca opo.   Huruf مف : dibaca "ing" mempunyai arti objek atau maf'ul bih dalam ilmu nahwu    huruf (مف) ditulis di kanan atas kata yang berkedudukan sebagai maf'ul bih, atau objek.  Huruf نفا : dibaca 'sopo atau opo' dalam bahasa indonesia 'siapa atau apa' tergantung yang kata tersebut manusia atau selain manusia, mengandung arti subjek pengganti dalam kalimat pasif, dalam nahwu disebut juga naibul fail          Huruf مع : dibaca 'Sertane' dalam bahasa indonesia  'beserta' (dalam ilmu nahwu biasanya disebut juga dengan Maf'ul Ma'ah)          Huruf ن : dibaca 'kang' dalam bahasa indonesia 'yang' (huruf nun juga singkatan dari na'at)          Huruf ص : sama dengan nun, dibacanya 'Kang' atau 'yang' hanya saja dalam nahwu disebut juga dengan Shilah, atau kalimat yang berbentuk sifat yang terletak setelah isim maushul           Huruf مط : dibaca 'kelawan' atau dengan, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan maful mutlak          Huruf تم : dibaca 'apane' atau 'apanya' dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  tamyiz           Huruf ظم : dibaca 'ingdalem' atau pada, dalam ilmu nahwu disebut juga dengan  zhorof           Huruf نفـ: dibaca 'ora' atau tidak, huruf tersebut singkatan dari nafiyah             Semoga bisa bermanfaat dan bisa lebih mudah dalam memaknai kitab kuning khususnya bagi teman-teman yang sedang di pondok pesantren. :D


Mengkaji kitab kuning di pondok pesantren adalah sebuah kewajiban bagi para santri bahkan termasuk kegiatan wajib mereka, dalam prakteknya, mengkaji kitab kuning hampir semua ponpes di Indonesia menggunakan bahasa jawa dan dengan istilah-istilah khusus yang sudah lahir sejak dulu. 


Istilah-istilah tersebut juga jika kita pahami betul, ternyata adalah cara para kiai terdahulu untuk memudahkan santri dalam mempelajari ilmu tata bahasa Arab, yaitu nahwu. contoh saja dalam penulisan mubtada disebutkan dengan utawi, khobar disebut dengan iku, dan sebagainya, selain para kiai memberikan arti setiap kata juga menyebutkan kedudukan nahwu setiap kata.

Baiklah berikut ini adalah singkatan-singkatan huruf pegon yang dapat digunakan para santri dalam memaknai kitab kuning :

Aturan Penulisan Hamzah (ء) di awal kata dalam Bahasa Arab

 

Aturan Penulisan Hamzah (ء) di awal kata

 Contoh kalimat:

(11) أَحْمَدُ قَائِمٌ

Ahmad berdiri

(22) هِنْدٌ اِمْرَأةُ زَيْدٍ

Hindun adalah istri Zaid

(33) جَاءَ الـأُسْتَاذُ

Guru itu telah datang

Pengertian Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ وَ أخْوَاتُهَا) Amil yang Masuk Pada Jumlah Ismiyah

 

Pengertian Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ وَ أخْوَاتُهَا) Amil yang Masuk Pada Jumlah Ismiyah

Selain kaana wa akhwatuha dan inna wa akhwatuha yang menjadi amil yang masuk pada kalimat ismiyah yaitu susunan kalimat yang terdiri dari mubtada dan khobar, ada satu lagi amil yang masuk pada mubtada dan khobar, apakah itu? Iya, sesuai judul kita yaitu Dzonna wa akhwatuha atau isim dzonna dan saudara-saudaranya. Berikut ini adalah penjelasannya.

Pengertian Masdar (المصدر) dan Contoh-contohnya dalam Al-Quran

Pengertian Masdar dan Contoh-contohnya dalam Al-Quran


Bahasa Arab merupakan bahasa yang mempunyai kaitan erat dengan agama Islam. Al- Quran yang ditulis dalam bahasa Arab menjadikan bahasa ini berarti untuk umat Islam buat menguasai isi kitab suci tersebut. Al- Quran memiliki pesan- pesan Allah yang diperuntukan kepada umat manusia, sehingga menekuni bahasa Arab jadi kewajiban untuk umat Islam.

Pengetian Ilmu Nahwu, Sejarah Awal Mula Pembukuannya, dan Tujuan Mempelajarinya


Pengetian Ilmu Nahwu, Sejarah Awal Mula Pembukuannya, dan Tujuan Mempelajarinya


Ilmu nahwu bisa jadi belum begitu familier pada sebagian orang. Ilmu nahwu ini berkaitan dengan bahasa Arab. Apabila kalian mau menekuni serta menguasi bahasa Arab, hingga kalian butuh menguasai ilmu nahwu ini.

Pengertian Kalimat Qosam dan Kalimat Syarat dalam Ilmu Nahwu


Pengertian Kalimat Qosam dan Kalimat Syarat dalam Ilmu Nahwu


1. Pengertian Kalimat Qasam

Uslub qasam ataupun kalimat sumpah merupakan kalimat yang dimaksudkan buat memantapkan pesan yang di informasikan dengan memakai media sumpah semacam ﻭ,ﺏ,ﺕ yang terjemahannya demi ataupun yang semakna dengannya.ﺕ tertentu pada lafal jalalah (ﺍﻟﻠﻪ) sebaliknya ﻭ serta ﺏ tidak.


Contoh:


ﻭَﺍﻟﻠّـﻪِ ﻻَﻧَﺠَﺎﺡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟْﻤُﺠَﺎﻫَﺪَﺓِ   Demi Allah, tidak terdapat sesuatu keberhasilan kecuali dengan kerja keras.


ﺑِﺎﻟﻠّـﻪِ ﻟَﻦْ ﻳُﻀِﻴْﻊَ ﺣَﻘَّﻨَﺎ   Demi Allah, ia tidak hendak menyia- nyiakan hak kita.


ﺗَﺎﻟﻠّـﻪِ ﺇِﻥَّ ﻓَﺎﻋِﻞَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻟَﻤَﺤْﺒُﻮْﺏٌ    Demi Allah, orang yang berbuat baik tentu dicintai.


Contoh ﻭَﺍﻟﻠّـﻪِ ﻻَﻧَﺠَﺎﺡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟْﻤُﺠَﺎﻫَﺪَﺓِ  bisa dirinci sebagai berikut;
ﻭَ = artinya 'demi' biasanya dinamakan adat qasam ( media sumpah) 
ﺍﻟﻠّـﻪِ = Lafdul Jalalah 'Allahi' biasanya dinamakan muqsam bih (kata yang dijadikan sandaran dalam bersumpah), sedangakan kalimat setelahnya;
ﻻَﻧَﺠَﺎﺡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟْﻤُﺠَﺎﻫَﺪَﺓِ = 'tidak terdapat sesuatu keberhasilan kecuali dengan kerja keras' dinamakan juga dengan jawab qasam atau kalimat jawab dari sumpah.


2. Muqsam Bih


Muqsam bih ataupun kata yang dijadikan sandaran dalam mengucap sumpah umumnya lafal jalalah(ﺍﻟﻠﻪ) ataupun lafal yang umum digunakan semacam ﺣَﻘُّﻚَ= hakmu,ﺣَﻴَﺎﺗُﻚَ= hidup kamu, ataupun membuktikan makna waktu semacam yang banyak dalam Al- Qur’ an misalnya ﺍﻟﻌَﺼْﺮُ= waktu Ashar, serta lain- lain.


3. Jawab Qasam


Jawab qasam berbentuk jumlah ismiyyah ataupun jumlah Fi’ liyyah, dengan syarat-syarat berikut ini:


a. Bila berbentuk jumlah ismiyyah mutsbat( kalimat nominal positif) wajib dikokohkan atau ditegaskan dengan ﺇِﻥَّ ataupun ﺇِﻥَّ sekalian ﻝ.


Contoh:


ﻭَﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻥَّ ﻓَﺎﻋِﻞَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻣَﺤْﺒُﻮْﺏٌ = Demi Allah, sebetulnya orang yang berbuat baik dicintai.


ﻭَﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻥَّ ﻓَﺎﻋِﻞَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ لَمَحْبُوْبٌ = Demi Allah, sebetulnya orang yang berbuat baik tentu dicintai.


b. Bila berbentuk jumlah fi’ liyyah mutsbat( kalimat verbal positif) serta kata kerjanya berbentuk fi’ il madhi hingga wajib dikokohkan dengan ﻗَﺪْ ataupun ﻗَﺪْ sekalianﻝ.


Contoh:


ﺗَﺎﻟﻠﻪِ ﻗَﺪْ ﺃَﻃَﻌْﺖُ ﺃَﻣْﺮَﻙَ = Demi Allah, sangat aku mentaati perintahmu.


ﺗَﺎﻟﻠﻪِ ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﻃَﻌْﺖُ ﺃَﻣْﺮَﻙَ = Demi Allah, sungguh Aku sangat mentaati perintahmu.


c. Bila berbentuk jumlah fi'i’ liyyah mutsbat, sebaliknya kata kerjanya berbentuk fi’ il mudhari’ hingga dikokohkan dengan lam qasam serta nun taukid.


Contoh:


ﻭَﺍﻟﻠﻪِ لَأُحَاسِبَنَّ ﺍﻟْﻤُﻘَﺼِّﺮَ= Demi Allah, aku hendak sangat memperhitungkan orang yang lalai.


d. Bila kalimat jawab itu berbentuk jumlah manfi (kalimat negatif), baik jumlah ismiyyah ataupun fi’ liyyah, tidak harus diberi imbuhan kata pengokoh.


Contoh:


ﻭَﺣَﻘِّﻚَ ﻻَ ﻧَﺠَﺎﺡَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟْﻤُﺜَﺎﺑَﺮَﺓِ = Demi hakmu, tiada keberhasilan kecuali dengan tidak berubah- ubah.


ﻭَﺍﻟﻠﻪِ ﻣَﺎ ﻧُﻀِﻴْﻊُ ﻣَﺠْﻬُﻮْﺩَﻙَ= Demi Allah, kami tidak hendak menyia- nyiakan perjuanganmu


.


4. Uslub Syarat


Uslub Syarat atau kalimat syarat merupakan dua kalimat yang dihubungkan oleh kata syarat. Kata awal dinamakan juga kata syarat, kalimat berikutnya berbentuk fi’ il dinamakan juga fi’ il syarat serta kalimat sesudahnya berbentuk fi’ il pula dinamakan jawab syarat. Kata penghubung dalam uslub kalimat ketentuan secara universal terletak di permulaan kalimat yang pertama. dalam bahasa indonesia biasanya kalimat syarat tersusun dari  "Jika/apabila..., Maka...."


Contoh:


ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ ﺗَﺴْﺘَﻘِﻢْ ﻳُﻘَﺪِّﺭْ ﻟَﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻧَﺠَﺎﺣﺎً = Apabila engkau tidak berubah- ubah, Maka Allah hendak mentakdirkan untukmu keberhasilan.


ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ = dinamakan kata syarat
ﺗَﺴْﺘَﻘِﻢْ = dinamakan fi’ il syarat, dan fi'il syarat harus dibaca jazm dengan sukun karena fi'il mudhori mufrod.
ﻳُﻘَﺪِّﺭْ ﻟَﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻧَﺠَﺎﺣﺎً = dinamakan jawab syarat yang aku menyebutnya kalimat jawab. fi'il pada kalimat ini juga dibaca jazm, atau dibaca sukun


 5. Macam-macam kata Syarat


Berikut ini hendak dijabarkan perkata sebagai penghubung dua kalimat dalam style kalimat syarat, serta kalimat jawab tidak harus diberi awalan kata ﻑَ ataupun sejenisnya yang berarti hingga, pasti, tentu ataupun yang semakna. Tetapi secara tersirat arti hingga, pasti, ataupun tentu dalam konteks terjemahan bisa diletakkan sebagai kata awalan dari kalimat jawab:


a.  ﺇِﻥْ= bila/ jikalau


Contoh:


ﺇِﻥْ ﺗَﺠْﺘَﻬِﺪْ ﺗَﻨْﺠَﺢْ= Bila engkau serius tentu engkau sukses.

kata ﺇِﻥْ adalah kata syarat atau adatu syarthin, sedangkan fi'i' setelahnya yaitu ﺗَﺠْﺘَﻬِﺪْ adalah fi'il syarat, jika kita lihat fi'il tersebut dibaca jazm dengan sukun, dan fi'il setelahnya yaitu ﺗَﻨْﺠَﺢْ adalah jawabu in atau jawab syarat, pun juga sama dibaca jazm dengan sukun


b. ﻣَﻦْ= barangsiapa


Contoh:


ﻣَﻦْ ﻳَﺤْﺼُﺪْ ﻳَﺰْﺭَﻉْ = Barangsiapa menanam tentu dia memanen.


kata ﻣَﻦْ  adalah kata syarat atau adat syarat, fi'il setelahnya adalah ﻳَﺤْﺼُﺪْ   fi'il syarat maka harus dibaca jazm dengan sukun, adapun fi'il yang terakhir yaitu ﻳَﺰْﺭَﻉْ adalah jawab syarat, pun juga sama harus dibaca jazm dengan sukun.


c. ﻣَﻬْﻤَﺎ = Bilamana


Contoh:


ﻣَﻬْﻤَﺎ ﺗَﻔْﺮَﺡْ ﺃَﻓْﺮَﺡْ = Bilamana engkau gembira tentu aku gembira.

kata ﻣَﻬْﻤَﺎ  adalah kata syarat atau adat syarat, fi'il setelahnya yaitu ﺗَﻔْﺮَﺡْ  adalah fi'il syarat, dibaca jazm dengan sukun, dan fi'il terakhir yaitu ﺃَﻓْﺮَﺡْ  adalah jawab syarat yang juga sama dibaca jazm dengan sukun.


d. ﻣَﺘَﻰ= Kapan


Contoh:


ﻣَﺘَﻰ ﺗَﺮْﺟِﻊْ ﺃَﺷْﻜُﺮْ = Kapan engkau kembali hingga aku hendak berterima kasih.


e. ﺃَﻳَّﺎﻥَ= apabila/ bilamana


Contoh:


ﺃَﻳَّﺎﻥَ ﺗَﻨَﺎﻡْ ﺍَﺳْﺘَﻴْﻘِﻆْ = Bilamana engkau tidur hingga aku hendak bangun.


f. ﺃَﻳْﻦَ= di mana


Contoh:


ﺃَﻳْﻦَ ﺗَﻌْﻤَﻞْ ﺗَﺠِﺪْ= Di mana engkau berupaya hingga engkau hendak mendapatkan


g. ﺃَﻳْﻨَﻤَﺎ= di manapun


Contoh:


ﺃَﻳْﻨَﻤَﺎ ﺃَﺳْﻜُﻦْ ﺃَﺫْﻛُﺮْ ﺍِﺳْﻤَﻚِ = Di manapun aku tinggal pasti aku menyebut namamu.


h. ﺃَﻧَّﻰ= di mana


Contoh:


ﺃَﻧَّﻰ ﺗَﺬْﻫَﺐْ ﻧَﺬْﻫَﺐْ = Dimana engkau berangkat hingga kami hendak berangkat.


i. ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ= di manapun


Contoh:


ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ ﺗَﻌَﻠَّﻢْ ﺗَﻨْﺠَﺢْ = Di manapun engkau belajar hingga engkau hendak sukses.


j. ﻛَﻴْﻔَﻤَﺎ= bagaimanapun


Contoh:


ﻛَﻴْﻔَﻤَﺎ ﺗَﻘُﻞْ ﺍَﺳْﺘَﻘِﻢْ = Bagaimanapun engkau berkata tentu aku senantiasa tidak berubah- ubah.


Berikut ini adalah kata kata yang menjadi penghubung dua kalimat dalam style kalimat syarat, serta kalimat jawab ada yang wajib menemukan awalan yang menampilkan makna maka ataupun niscaya, serta terdapat pula yang cuma secara tersirat memiliki arti maka ataupun niscaya:


a. ﻟَﻮْ= andai/ kalau


ﻟَﻮْ umumnya memulai kalimat syarat berbentuk fi’ il madhi, serta bila kalimat jawabnya terdiri dari fi'il madhi positif (mutsbat) wajib diberi awalan lam, serta bila terdiri dari fi'il madhi yang negatif maka tidak harus diberi imbuham lam.


Contoh:


ﻟَﻮْ ﻋُﻮْﻟِﺞَ ﺍﻟْﻤَﺮِﻳْﺾُ لَشُفِيَ = Andai orang sakit itu diatasi, tentu sembuh.

kalimat di atas menggunakan fi'il madhi yang positif atau tidak terdapat kata negatif, maka harus menggunakan tambahan huruf lam seperti contoh di atas.

ﻟَﻮْ ﺗَﺄَﻧَّﻰ ﺍﻟْﻌَﺎﻣِﻞُ ﻣَﺎ ﻧَﺪِﻡَ= Andai pekerja itu lambat- laun, tentu tidak menyesal.

sedangkan pada contoh kedua ini, fi'ilnya menggunakan kata negatif maka tidak perlu ditambah imbuhan lam seperti contoh kedua di atas.


b. ﻟَﻮْﻣَﺎ/ﻟَﻮْﻻَ = andai tidak ada


Syarat pada kata ini persis dengan syarat pada kata no 1 di atas.


Contoh:


ﻟَﻮْﻻَ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ لَصَارَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻛَﺎﻟْﺒَﻬَﺎﺋِﻢِ = Andai tidak terdapat ulama, tentu manusia semacam hewan.


ﻟَﻮْﻻَ ﺍﻟﻄَّﺒِﻴْﺐُ ﻣَﺎﺷُﻔِﻰَ ﺍﻟْﻤَﺮِﻳْﺾُ = Andai tidak terdapat dokter tentu tidak sembuh orang sakit itu.


c. ﺃَﻣَّﺎ = ada pula( berperan merinci)


Kata tersebut berperan buat merinci sesuatu ungkapan, serta kalimat jawabnya wajib diberi awalan fa’.


Contoh:


ﺃُﻫَﻨِّﺊُ ﺟَﻤِﻴْﻊَ ﺍﻟﻨَّﺎﺟِﺤِﻴْﻦَ, ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻷَﻭَّﻝُ فَبَارَكَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻬُﻢْ…= Aku mengucapkan selamat kepada mereka yang sukses; adapuan yang awal, hingga mudah- mudahan Allah memberkati mereka…

karena terdapat kata ﺃَﻣَّﺎ   maka fi'il madhinya harus ditambah awalan fa' فَبَارَكَ 


d. ﺇِﺫَﺍ= apabila


Contoh:


ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺮِﺿْﺖَ ﻓَﺎﺫْﻫَﺐْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻄَّﺒِﻴْﺐِ = Apabila engkau sakit hingga pergilah ke dokter.


ﺇِﺫَﺍ ﺍﻟﻄَّﺒِﻴْﺐُ ﻧَﺼَﺢَ ﻟَﻚَ ﻓَﺎﻋْﻤَﻞْ ﺑِﻨَﺼْﺤِﻪِ = Apabila dokter berikan formula padamu hingga laksanakanlah resepnya.


e. ﻛُﻠَّﻤَﺎ/ﻟَﻤَّﺎ= tatkala


Contoh:


ﻟَﻤَّﺎ ﺫَﻫَﺒْﺖُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﺟَﺪْﺗُﻪُ ﻣَﺮِﻳْﻀﺎً = Tatkala aku berangkat padanya, hingga aku mendapatkannya sakit.


3. Imbuhan pada Kalimat Jawab


Pada dasarnya, kalimat jawab tanpa berawalan ﻑ, kecuali kalimat jawab tersebut:


1. Berbentuk jumlah ismiyyah, baik mutsbat( positif) ataupun manfi( negatif).


Contoh:


ﻣَﻦْ ﺟَﺪَّ ﻓَﺎﻟﻨَّﺠَﺎﺡُ ﺗَﺎﺑِﻌُﻪُ = Barangsiapa yang aktif, pasti kesuksesan menyertainya.


ﺇِﻥْ ﻳَﻨْﺼُﺮْﻛُﻢُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻏَﺎﻟِﺐَ ﻟَﻜُﻢْ = Bila Allah membantu kalian seluruh, hingga tidak terdapat yang mengalahkanmu.


2. Berbentuk jumlah fi’ liyyah yang berupa thalabi( tuntutan), amar( perintah), nahi( larangan) ataupun istifham( persoalan).


Contoh:


ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺮِﺿْﺖَ ﻓَﺎﺗْﺒِﻊْ ﻧُﺼْﺢَ ﺍﻟﻄَّﺒِﻴْﺐِ = Apabila engkau sakit, hingga ikuti formula dokter.


ﺇِﻥْ ﻛُﻠِّﻔْﺖَ ﺑِﻌَﻤَﻞٍ ﻓَﻼَﺗُﻘَﺼِّﺮْ ﻓِﻴْﻪِ= Bila engkau dibebani sesuatu pekerjaan, hingga jangan engkau melalaikannya.


ﺇِﻥْ ﺣَﺪَّﺛْﺘُﻚَ ﺑِﺎﻟﺴِّﺮِّ ﻓَﻬَﻞْ ﺗَﻜْﺘُﻤُﻪُ؟= Bila aku berdialog rahasia padamu, apakah engkau hendak menyembunyikannya?


3. Berbentuk jumlah fi’ liyyah yang kata kerjanya berbentuk fi’ il jamid, ialah kata kerja yang mempunyai satu wujud.


Contoh:


ﻣَﻦْ ﺃَﻓْﺸَﻰ ﺍﻟﺴِّﺮَّﻑَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺄَﻣِﻴْﻦٍ= Barangsiapa mempublikasikan rahasia, hingga tidak nyaman.


ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﺎﻭَﻥَ فَنِعْمَ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻊَ = Barangsiapa tolong- menolong, pasti sebaik- baik apa yang dia perbuat.


Pengetian Nun Taukid (نون التوكيد) yang bersama dengan Fi'il


Pengetian Nun Taukid (نون التوكيد) yang bersama dengan Fi'il


Nun taukid adalah nun yang terletak pada akhir fi'il, bertugas untuk menguatkan atau mempertegas suatu pekerjan (fi'il), Nun taukid sendiri ada yang tsaqilah (berat ditunjukkan dengan tasydid) contoh: 

أكْتُبَـنَّ الرِّسَالَةَ   Saya benar-benar menulis surat itu

Hukum-hukum Tamyiz (أحكام التمييز) dalam Ilmu Nahwu

Hukum-hukum Tamyiz (أحكام التمييز) dalam Ilmu Nahwu


Setelah kita tahu pengertian tamyiz yaitu isim manshub yang bertugas menjelaskan hal-hal yang masih samar. 


Baca lebih lengkap : Pengertian Tamyiz (التمييز) dalam Ilmu Nahwu

Keadaan Nashab Fi'il Mudhori dengan An Al-Mudhmaroh Setelah Huruf Lam Ta'lil

Keadaan Nashab Fi'il Mudhori dengan An Al-Mudhmaroh Setelah Huruf Lam Ta'lil


Contoh kalimat :

Dengan Lam Ta'lil dan An Al-Mudhmaroh

       Dengan lam Ta'lil

No.

جَلَسْتُ لِأنْ تَسْتَرِيْحَ

جَلَسْتَ لِـتَسْتَرِيْحَ

.1

يَجْتَهِدُ الطُلَّابُ لِأنْ يَنْجَحَ

يَجْتَهِدُ الطُلَّابُ لِـيَنْجَحَ

.2

بَنَيْنَا بَيْتًا لِأنْ نَسْكُنَ فِيْهِ

Pengertian Lam Juhud dalam Ilmu Nahwu (لام الجحود)

 

Pengertian Lam Juhud dalam Ilmu Nahwu (لام الجحود)

Pada postingan sebelumnya kita telah belajar tentang lam ta’lil, pembahasan selanjutnya tentang huruf yang menashabkan fi’il mudhori yaitu lam juhud.

Pengertian Lam Ta'lil (لام التعليل) dalam Ilmu Nahwu

Pengertian Lam Ta'lil (لام التعليل) dalam Ilmu Nahwu


Pengertian Lam Ta’lil (تعريف لام التعليل)

Lam Ta’lil yaitu lam yang berharakat kasroh  yang menunjukkan makna ta’lil (sebab maupun alasan). jika kata setelah lam ta’lil berupa isim atau kata benda, maka isim tersebut harus dibaca jar, karena lam ta’lil termasuk juga huruf jar.

Contoh:

Keadaan I'rob Mahhali (الإعراب المحلّي) dalam Ilmu Nahwu

Jika kita perhatikan kata "أنْتَ " pada kalimat pertama, kata tersebut menjadi mubtada, dan lazimnya mubtada, harusnya dibaca rofa' dengan dhommah, seperti penjelasan saya di postingan ini (Pengertian Mubtada khobar), namun kata "أنْتَ" tetaplah dibaca fathah karena memang mabni fathah, maka jika dii'rob:

 Contoh :


(1) أنْتَ رَجُلٌ نَشِيْطٌ

Kamu adalah seorang lelaki yang rajin

(2) سَاعَدْتُ هَؤُلَاءِ الطُلَّابِ

Saya membantu para siswa itu

(3) نَظَرْتُ إلَى هَذَا الْبَيْتِ

Saya melihat rumah ini

Keadaan Mabni Fi'il Mudhori dalam Nahwu (أحوال بناء المضارع)

Jika kita lihat contoh kalimat di atas, pada contoh pertama dan kedua yaitu لَنَسْتَمِـعَـنَّ  dan  لَأَذْهَـبَـنَّ kita lihat keduanya terdapat nun taukid di akhir kata, yaitu nun bertasydid "ـنَّ", sedangkan harakat akhir fi'il mudhori keduanya adalah berharakat fathah "لَأَذْهَـبَـ & لَنَسْتَمِـعَـ " yaitu
Contoh :

 

(1) لَنَسْتَمِـعَـنَّ النَّصِيْحَةَ

Kami pasti mendengarkan nasihat

(2) لَأَذْهَـبَـنَّ مُبَكِّرًا

Saya pasti berangkat pagi-pagi

(3) النِّسَاءُ يَسْتَمِـعْـنَ النَّصِيْحَةَ

Para perempuan sedang mendengarkan nasehat

(4) الطَّالِبَاتُ يَذْهَبْنَ

Para siswi sedang berangkat

Keadaan Mabni Fi'il 'Amr dalam Ilmu Nahwu (أحوال بناء الأمر)

 

Kita tahu bahwa semua fi'il 'amr itu mabni atau tidak berubah harakat akhirnya, tapi dalam pembahasan kita kali ini, fi'il 'amr mempunyai bentuk mabni

Contoh Kalimat :


(1) نَظِّـفْ أسْنَانَكَ بَعْدَ الأكْلِ

Bersihkan gigimu setelah makan!


(2) إسْتَيْقِـظْـنَ مُبَكِّرَاتٍ

 Bangunlah (kalian perempuan) pagi-pagi!


(3) إفْتَـحَـنَّ كِتَابَكَ   

Bukalah (benar-benar) bukumu!


(4) اُدْعُ الطَبِيْبَ

Panggilkan dokter!


(5) ألْــقِ الشَّبَكَةَ يَاصَيَّادُ

Lemparlah jaringmu, wahai nelayan! 


(6) إفْتَـحَـا كِتَابَكُمَا

Bukalah buku kalian (berdua)!


(7) أخْرُجُـوا إلَى الحَدِيْقَةِ

Keluarlah kalian ke kebun!

Keadaan Mabni Fi'il Madhi dalam Ilmu Nahwu (أحوال بناء الفعل الماضي)

 

Jika kita melihat contoh kalimat di atas, semua fi'il di atas adalah fi'il madhi, dan jika kita ingat pada penjelasan sebelumnya bahwa semua fi'il madhi berupa kata mabni atau harakat akhirnya tetap (tidak berubah).  Macam-macam keadaan fi'il madhi dilihat dari mabninya :

Contoh Kalimat :


(1) اشْتَـدَّ البَرْدُ                                          

Dinginnya bertambah

(2) نَزَلَ المَطَرُ

Ujan telah turun

(3) أكَـلَ مَحْمُوْدٌ الخُبْزَ

Kamu sudah makan roti


***


(4) الرِّجَالُ ذَهَبُـوا

Para laki-laki  sudah pergi

(5) الأوْلَادُ لَعِبُـوا

Anak-anak sudah bermain

(6) الأمَّهَاتُ أطْعَـمْـنَ أوْلَادَهُمْ

Ibu-ibu sudah memberi makan anak-anaknya


***


(7) فَتَـحْـتُ الخِزَانَةَ

Saya sudah membuka lemari

Ketentuan dalam Fa'il / الفاعل (Subjek) dan Maf'ul Bih / المفعول به (Objek) dalam Ilmu Nahwu

Setelah kita perhatiakn kelima contoh kalimat di atas, dapat kita simpulkan bersama bahwa :  (1) Bahwasanya setiap fa'il (subjek) dan maf'ul bih (obje

 

Contoh Kalimat:


(1) يَسْقِي مُحَمَّدٌ الزَرْعَ

Muhammad Menyiram Tanaman

(2) كَتَبَ زَيْدٌ الرِسَالَةَ

Zaid Menulis Surat

(3) قَرَأَ مَحْمُوْدٌ القُرْآنَ 

Mahmud Membaca Qur'an

(4) شَهِدَ عَلِيٌّ التِّلْفَازَ

Ali Menonton TV

(5) أكَلَتْ فَاطِمَةُ المَقْرُوْنَةَ

Fatimah Memakan Mie


Note:

  • Kata yang berwarna BIRU = Fa'il (Subjek)
  • Kata yang berwarna HIJAU = Maf'ul Bih (Objek)


Keterangan :

Setelah kita perhatiakn kelima contoh kalimat di atas, dapat kita simpulkan bersama bahwa :

(1) Bahwasanya setiap fa'il (subjek) dan maf'ul bih (objek) berupa isim atau kata benda, terlihat dari ciri-ciri isim yang sudah saya sebutkan dalam postingan ( ini ), dalam contoh kalimat di atas yaitu dibaca tanwin dan kemasukan alif lam.

(2) Bahwasanya Fa'il adalah sumber dari kata kerja, artinya fa'il sangat berperan dalam terbentuknya kata kerja dalam suatu kalimat.

(3) Bahwasanya Maf'ul Bih adalah objek atau yang dikenai oleh subjek, contoh kalimat di atas : Muhammad menyiram tanaman, tanaman adalah objek yang disiram oleh muhammad. 

(4) Bahwasanya setiap Fa'il pasti akhirnya dibaca rofa', (baca lebih lanjut tentang rofa' di sini), menunjukkan bahwa fa'il itu pasti dibaca rofa' contohnya disetiap kalimat di atas, perhatikan kata

 berwarna biru : مُحَمَّدٌ , زَيْدٌ, مَحْمُوْدٌ , عَلِيٌّ , فَاطِمَةُ 

Semua kata tersebut dibaca rofa' dengan tanda rofa' dhommah.

(5) Bahwasanya setiap Maf'ul bih pasti akhirnya dibaca Nashob, (baca lebih lanjut pengertian nashob di sini ), perhatikan kata yang berwarna hijau di atas, semuanyanya dibaca Nashob ditunjukkan dengan tanda nashobnya yaitu fathah :

الزَرْعَ , الرِسَالَةَ , القُرْآنَ  , التِّلْفَازَ , المَقْرُوْنَةَ



Referensi :

  • Nahwu Wadhih Jilid 1 halaman 35.

Macam-macam Keadaan Mabni dalam Kalimat Bahasa Arab


Setelah kita mempelajari tentang mabni pada postingan saya yang ini, bahwa mabni adalah suatu keadaan harakat pada suatu huruf yang hanya memiliki satu keadaan (harakat) saja dalam segala bentuk susunan kalimat, nah, di sini kita akan membahas tentang keadaan-keadaan mabni yang harus dibaca dalam sebuah kalimat.  Contoh kata berwarna hijau pada kalimat di atas yaitu:


Contoh:

(1) كَمْ كِتَابًا فِي المَكْتَبَةِ؟

Berapa kitab yang ada di perpustakaan?

(2) بِــكَمِ اشْتَرَيْتَ قَلَمَكَ؟

Berapa harga pena yang kamu beli?

(3) كَمْ تَشْرَبُ فِي اليَوْمِ؟

Berapa kali kamu minum dalam sehari?

Ciri-ciri Fi'il Lazim (فعل اللازم) Dalam Bahasa Arab. Berikut Ini Adalah Rinciannya

Ciri-ciri Fi'il Lazim (فعل اللازم) Dalam Bahasa Arab. Berikut Ini Adalah Rinciannya


Setelah kita tahu pengertian dari fi'il lazim (Pengertian Fi'il Lazim dan Fi'il Muta'addi), dalam postingan tersebut penulis telah menyebutkan bahwa yang dinamakan fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek.

pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan bagaimana cara kita mengetahui sebuah fi'il dinamakan fi'il lazim atau bukan. 

Sebuah fi'il menjadi fi'il lazim ketika:

1. Jika fi'il tersebut mempunyai arti karakter seseorang, yaitu fi'il yang menunjukan karakter atau sifat yang melekat pada diri seseorang, contoh:

Macam-macam Keadaan I'rob: Lafzi (لفظي), Taqdiri (تقديري), dan Mahhalli (محلّي)

Macam-macam Keadaan I'rob: Lafzi (لفظي), Taqdiri (تقديري), dan Mahhalli (محلّي)



I'rob seperti yang sudah pernah penulis jelaskan pada postingan sebelumnya (Pengertian I'rob (الإِعْرَابُ) dan pembagiannya) bahwa I'rob adalah perubahan cara baca di akhir kata pada suatu kalimat karena perbedaan amal yang masuk. 

Pada postingan kali ini, penulis akan menerangkan macam-macam keadaan I'rob, yaitu ada 3 (tiga): I'rob Lafzi (لفظي), I'rob Taqdiri (تقديري), dan I'rob Mahhalli (محلّي).


1. I'rob Lafzi (الإعراب اللفظي)

I'rob lafzi adalah suatu keadaan i'rob yang jelas terlihat di akhir kata dengan perubahan cara bacanya karena perbedaan amil yang masuk. dan keadaan ini biasanya terdapat pada kata-kata yang mu'rob atau yang dapat berubah tanda baca akhir katanya, bukan yang mu'tal akhir. contoh:

خَرَجَ الأُسْتَاذُ مِنَ الْفَصْـلِ  "Seorang Guru keluar dari ruang kelas

perhatikan huruf yang berwarna biru, keduanya mempunyai cara baca yang berbeda karena perbadaan amil yang masuk. kata الأُسْتَاذُ dibaca rofa' dengan tanda rofa' nya yaitu harokat dhomah di akhir kata karena ia menjadi fa'il atau subjek. Sedangkan kata  الْفَصْـلِ    dibaca jar dengan tanda jar nya yaitu harakat kasroh di akhir kata karena ia kemasukan huruf jar yaitu مِنَ  

Baca Juga : 

I'rob Rofa dan Tanda-tandanya 

I'rob Jar dan Tanda-tandanya


2. I'rob Taqdiri (الإعراب التقديري)

I'rob taqdiri yaitu keadaan i'rob yang tanda i'robnya tidak nampak langsung di akhir kata, maka harakat atau tanda i'robnya dikira-kirakan. Berbeda dengan i'rob lafzi yang tanda i'robnya sangat terlihat di akhir kata. 

Contoh:

جَاءَ القَاضِي

رَأيْتُ القَاضِي

مَرَرْتُ بِالقَاضِي

jika kita perhatikan ketiga kalimat di atas, seharusnya setiap kata yang kemasukan amil rofa', nashab, atau jar dibaca sesuai tata aturan i'rob, yaitu dibaca rofa' dengan dhommah, dibaca nashab dengan fathah, dan dibaca jar dengan kasroh. Tapi berbeda dengan tiga contoh kalimat di atas, yang mana tidak ada harokat di akhir kata tersebut karena kata القَاضِي adalah isim manqush yang mana terdapat yaa manqushoh di akhir katanya dan ditandai dengan huruf kasroh sebelum yaa. 

Oleh karena itu, cara mengi'robnya yaitu :

جَاءَ القَاضِي  

جَاءَ فِعْلُ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحَةِ 

القَاضِي فَاعِلُهُ مَرْفُوْعٌ وَعَلامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ لِأنَّهُ اسْمُ المَنْقُوْصِ

kata القَاضِي menjadi fa'il, dibaca rofa' tanda rofa' nya adalah dhommah muqoddaroh (dhommah yang dikira-kirakan) karena termasuk isim manqush. 

contoh lain terdapat pada isim maqsur. yaitu isim yang diakhiri dengan alif layinah dan ditandai dengan huruf fathah sebelumnya. contoh:

جَاءَ الفَتَى

رَأيْتُ الفَتَى

مَرَرْتُ بِالفَتَى

Sama seperti contoh sebelumnya, walaupun kata berwarna hijau di atas kemasukan amil yang berbeda, tapi dibacanya tetap sama. karena ini adalah contoh i'rob taqdiri atau dikira-kirakan tanda i'robnya.


Baca juga: 

Pengertian Isim Manqush [اسم منقوص] dalam Bahasa Arab

Pengertian Isim Maqshur, Manqush, dan Isim Mamdud dalam Bahasa Arab


3. I'rob Mahalli (إعْرَابُ المَحَلِّي)

I'rob mahalli adalah suatu keadaan i'rob yang perubahan akhir katanya tidak nampak atau tertulis di akhir kata tidak juga dikira-kirakan. i'rob mahalli ini hanya terjadi pada kata-kata yang mabni (yang harokat akhirnya tidak berubah).

karena isim mabni ini tidak nampak perubahan harokat akhirnya karena harokat akhirnya tetap tidak berubah, maka ketika isim mabni dibaca i'rob rofa', nashab, jar, ataupun jazm, maka i'rob rofa', nashab, jar, dan jazm nya itu berupa i'tibar, i'robnya juga dinamakan 'i'rob mahall (اعْرَابًا مَحَلِيًّا), atau dengan i'tibar bahwa isim mabni itu dalam keadaan i'rob rofa', nashab, jar, atau jazm, maka cara mengi'robnya pun juga beda, yaitu dilihat dari keadaan i'robnya dalam sebuh kalimat.

Contoh:

جَاءَ هَؤُلَاءِ التَلَامِيْذُ

أنَتُمْ تَجْلِسُوْنَ عََلَى الكُرْسِي

jika kita perhatikan dua kalimat di atas, ada dua kata mabni yang seharusnya dibaca rofa' dengan dhommah tapi keduanya dibaca sesuai aturan mabni yaitu stuck tidak berubah harokat akhirnya. yaitu kata  هَؤُلَاءِ  yang tetap menggunakan harokat kasroh di akhirnya karena ia termasuk kata mabni, begitu juga dengan kata أنَتُمْ   yang tetap menggunakan harokat sukun di akhirnya karena juga termasuk isim mabni.

maka jika keduanya di i'rob, cara mengi'robnya yaitu:

هَؤُلَاءِ : مَبْنِيٌّ عَلَى الكَسْرَةِ، فِيْ مَحَلِّ الرَّفْعِ فَاعِلُ جَاءَ

 هَؤُلَاءِ  mabni kasroh, mahal i'robnya rofa' menjadi fa'il nya جَاءَ       


Baca Juga:

Isim Mu"rab dan Isim Mabni (المعرب والمبني) beserta Macam-macamnya dalam Ilmu Nahwu.


Note:

  • Adapun Huruf (حروف), fi'il 'Amr (فعل الأمر), fi'il madhi (فعل الماصي), yang tidak didahului oleh adaatus syart (isim syarat) yang jazim, dan isim fi'il (أسماء الأفعال), isim suara (اسماء الأصوات), maka kesemuanya itu dihukumi لَامَحَلَّ لَهَا مِنَ الاعْرَابِ atau tidak mempunyai kedudukan i'rob dalam suatu kalimat, karena kesemuanya itu tidak berubah akhir katanya, baik secara lafadz, taqdir, maupun secara mahall. 
  • Adapun fi'il mudhori (فعل المضارع) yang mabni, maka i'robnya dihukumi mahalli baik ketika rofa', nashab, jar, maupun jazm, contoh seperti :
    هَلْ يَكْتُبْنَ
    لَنْ يَكْتُبْنَ
    لَمْ 
    يَكْتُبْنَ
    ketiga kalimat di atas beda amilnya tapi pembacaan fi'il mudhorinya sama, karena ia mabni, maka dihukumi i'rob mahalli.
Demikian lah pembahasan tentang macam-macam keadaan i'rob dalam bahasa Arab, semoga bermanfaat. Amin



Referensi:
  • Kitab Jami'ud Durus Juz 1, hal. 22-28.